Sabtu, 20 November 2010

Pusat Penerbangan Angkatan Darat ( penerbad)



Aviation Patch dari Puspenerbad.
Puspenerbad atau Pusat Penerbangan Angkatan Darat adalah kesatuan yang memiliki sarana penerbangan dan bertugas mendukung mobilitas tempur TNI-AD. Penerbangan Angkatan Darat dioperasikan dalam medan tempur, apabila keunggulan udara telah dikuasai oleh pihaknya. Sasaran di balik bukit yang tidak dapat dijangkau dengan tembakan artileri, dapat diserang secara langsung oleh helikopter Angkatan Darat (AD) atau oleh pasukan mobil udara (mobud).
Operasi mobud merupakan bentuk spesifik operasi Angkatan Darat yang diselenggarakan dan dilaksanakan sebagai suatu operasi antar kesenjataan infantri-kavaleri-artileri dengan Penerbad. Kesenjataan Perhubungan (komunikasi elektronik) ikut berperan terutama dalam Komando dan Pengendalian, sedangkan Kesenjataan Zeni khususnya Zeni Tempur juga berperan setelah heliborne troops melakukan manuver di lapangan seperti demolisi, pemasangan ranjau pada waktu pengunduran dan lain-lain. Dengan demikian Penerbad adalah bagian integral dalam suatu operasi mobud yang sejajar dengan Korps Kesenjataan lainnya.

Sejarah
Penerbangan TNI AD (Penerbad) lahir pada tahun 1959 ketika doktrin heliborne troops atau airmobile sedang dikembangkan di berbagai kalangan. Di Serawak Pasukan Komando Inggris melancarkan operasi mobil udara (mobud) dengan helikopter Westland Wessex Mk.1 yang berisi pasukan satu troop berkekuatan 16 orang. Dalam Perang Vietnam AD AS melakukan operasi mobud dalam bentuk Air Cavalery oleh Divisi Kavaleri-1 maupun Sky Soldier oleh Brigif Linud-173 dengan menggunakan helikopter UH-1D Huey, UH-1B Iroquois, dan CH-47 Chinook didukung helikopter serang AH-1S Huey Cobra dan CH-54 Flying Crane. Di Aljazair pasukan Para Perancis melakukan operasi sejenis dengan Alouette-III.
Ketika KSAD membuat Surat Keputusan tentang berdirinya Detasemen Penerbangan Angkatan Darat (Den Penerbad) pada tanggal 14 November 1959 dengan tugas mengurus segala kegiatan yang menyangkut bidang penerbangan organik AD, pada waktu itu Den Penerbad sama sekali belum memiliki pesawat terbang. Pada waktu itu terdengar berita bahwa pesawat DHC-2 Mk.1 Beaver milik Dr. AK. Gani yang sedang overhaul di Singapura akan dijual, maka pihak AD langsung membelinya.
Sebagai tindak lanjut, beberapa orang perwira diantaranya Kapten Binjamin Hadi, Kapten Burhan Ali dan Kapten Sukartono dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan penerbang di US Army Aviation School Fort Rocker, Alabama. Pendidikan penerbang gelombang pertama tahun 1959, disusul gelombang kedua tahun 1962 yang terdiri dari Letkol Juwono, Kapten Dolf Latumahina, Kapten Sudewo, Kapten Daud Natawiyoga, Lettu T.M.F. Worang dan beberapa perwira lainnya.
Operasi Militer
Beaver satu-satunya pesawat yang dimiliki oleh Den Penerbad, ikut dalam Operasi Trikora untuk pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1963 Den Penerbad menerima dua pesawat Cessna L-19 dalam rangka US Military Assistant Program. Kedua pesawat diterjunkan dalam Operasi Kilat untuk penumpasan pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan dan Tenggara dalam tahun 1964. L-19 bukan hanya digunakan untuk melakukan pengintaian, tetapi juga melakukan bantuan tembakan udara dengan senapan serbu AK-47 dan stengun.
Sejalan dengan pembangunan ABRI menjelang Perjuangan Pembebasan Irian Barat dan selama berlangsungnya konfrontasi Malaysia, maka Indonesia menerima peralatan militer dari Blok Timur, diantaranya 15 helikopter Mil Mi-4 Hound bantuan Uni Soviet untuk Penerbad. Pada awal tahun 1965, helikopter itu diangkut ke Indonesia dengan pesawat Antonov An-12, kemudian dirakit oleh para teknisi AURI di Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Para teknisis AURI juga pernah merakit helikopter raksasa Mil Mi-6 Hook di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Mi-4 yang berkapasitas angkut 14 orang dan dipersenjatai senapan mesin DShK-38 kaliber 12,7mm itu banyak digunakan untuk mendukung operasi penumpasan pemberontakan G-30S/PKI di Jawa Tengah tahun 1965-1966. Selain itu, 2 helikopter Mil Mi-4 juga dioperasikan untuk menumpas sisa-sisa pemberontakan PKI, Pasukan Gerilya Rakyat Serawak dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara di Kalimantan Barat pada 1966-1968.
Penumpasan pemberontakan G-30S/PKI berakibat dihentikannya pasokan suku cadang dari negara blok Timur. Pada tahun 1972, seluruh Mi-4 milik Penerbad dinyatakan grounded dan dihapus. Ketika persediaan suku cadang Mi-4 mulai kembang-kempis, operasi gabungan Indonesia-Malaysia dalam penumpasan pemberontakan komunis di daerah perbatasan kedua negara didukung dengan tiga dari tujuh helikopter Alouette-III yang dibeli dari Perancis lewat Hankam tahun 1970. Alouette-III yang ke-8 dibeli tahun 1975.
Dalam Operasi Flamboyan (limited combat intelligence) di Timor Timur sebelum dimulainya Operasi Seroja pada 7 Desember 1975, Puspenerbad mendukung dengan tiga helikopter Alouette-III. Tahun 1976 Puspenerbad menempatkan satu detasemen berkekuatan sembilan helikopter NBO-10CB. Setahun kemudian diperkuat dengan sebuah Britten Norman BN.2 Islander. Dalam pelaksanaan tugasnya, Puspenerbad memberikan bantuan tempur serta bantuan administrasi berupa angkutan logistik dan evakuasi medik udara. Bantuan itu dirasakan sangat besar manfaatnya bagi pasukan yang sedang melakukan manuver di lapangan.
Pada pertengahan tahun 1990-an Puspenerbad diperkuat lagi dengan beberapa helikopter Bell-205A-1 dan NBell-412. Puspenerbad ditarik dari Timor Timur pada hari-hari terakhir, ketika TNI dan Polri meninggalkan propinsi ke-27 bulan September 1999. Di Irian Jaya Puspenerbad mendukung operasi penumpasan gerombolan Marthin Tabu pada tahun 1977 dan pembebasan sandera tim peneliti Lorentz yang disekap oleh gerombolan Kely Kwalik di Mapenduma tahun 1996.
Di Aceh, Puspenerbad mengerahkan pesawatnya untuk memberikan bantuan tempur maupun bantuan administrasi terhadap pasukan darat untuk mendukung Polri yang sedang melaksanakan tugas menegakkan hukum dan ketertiban sebagai akibat terjadinya Gerakan Aceh Merdeka di bawah pimpinan Hasan Tiro.
 Skadron Puspenerbad
Puspenerbad saat ini memiliki kekuatan 3 skadron, yaitu:
Satu unit Mi-35P dari Skadron 31/Serbu Puspenerbad.
Skadron 11/Serbu terdiri dari 8 helikopter Bell-205A-1 dan 8 NBell-412 yang diproduksi oleh IPTN atas perizinan Bell Textron. Baik B-205A-1 maupun NBell-412 masing-masing berdaya angkut 8 heliborne troops untuk melancarkan operasi mobud, lengkap dengan peralatan tempur. Pada kedua belah pintu dua jenis helikopter itu dipersenjatai dengan senapan mesin. Helikopter NBell-412 juga dapat digunakan mengangkut dengan slink sebuah meriam gunung kaliber 76mm buatan Yugoslavia beserta amunisi, sedangkan pelayan meriam di dalam pesawat. Meriam gunung itu dapat diangkut langsung dari garis persiapan menuju medan datar maupun suatu ketinggian pada medan berbukit yang diproyeksikan sebagai posisi penembakkan.
Skadron 21/Sena merupakan campuran antara helikopter dan pesawat sayap tetap. Kini Puspenerbad memiliki 15 helikopter NBO-105CB yang diproduksi oleh IPTN atas lisensi MBB, Jerman. Sebagai helikopter serang, NBO-105 dipersenjatai empat senapan mesin FN Herstal MO.32 kaliber 7,62 mm standard NATO yang ditempatkan dalam dua TMP (Twin Machine Gun Pods) atau dua senapan mesin FN Herstal M.3P kaliber 12,7 mm NATO dalam tiga HMP (Heavy Machine Gun Pods). NBO-105 juga dipersenjatai dengan FFAR (Folding Fins Air Rockets) jenis T.905 kaliber 2,75 inc NATO dalam dua MLRS (Multi-Launch Rocket System) masing-masing dengan 13 tabung peluncur. Tiga jenis hulu ledak yang digunakan ialah FZ-21 untuk anti personal, FZ-58 untuk anti tank dan FZ-32 untuk marking jika NBO-105 dioperasikan sebagai FAC (Forward Air Control) untuk memandu pesawat tempur yang sedang memberikan bantuan tembakan udara.
Skadron terbaru dalam jajaran kekuatan Puspenerbad ini diperkuat dengan dua unit helikopter angkut/tempur Mi-35P buatan Rusia. Pihak TNI-AD saat ini sedang dalam tahap pemesanan tambahan lima unit helikopter yang sama untuk melengkapi skadron ini
Fasilitas, Pendidikan dan Pelatihan
Air Firing Range bagi Penerbad dalam melakukan latihan tembakan udara terletak di Ambal, Jawa Tengah. Di sini para penerbang maupun doorguners berlatih melakukan serta berlatih taktik dalam melakukan serangan udara taktis. Perawatan berbagai jenis pesawat di Penerbad didukung oleh Detasemen Perawatan yang merawat pesawat sampai pada tingkat AVIM (Aviation Intermediate Maintenance).
Calon penerbang helikopter Puspenerbad dididik di Pusat Pendidikan Penerbangan Aangkatan Darat atau Pusdikpenerbad, di Lanud Ahmad Yani, Semarang. Para siswa dilatih dengan helikopter bermesin piston Hughes-300C sebanyak 120 jam terbang. Setelah lulus, mereka melanjutkan di simulator BO-105 atau Bell-412 sekitar 20 jam, sebelum melakukan transisi sebagai kopilot pada jenis helikopter yang telah ditentukan.
Para calon penerbang pesawat bersayap tetap, dikirim ke Sekolah Penerbangan TNI AU di Yogyakarta. Latihan terbang mula dilakukan dengan pesawat Bravo sebanyak 120 jam dan latihan terbang dasar dengan pesawat C-34C Mentor bermesin turboprop sebanyak 60 jam. Setelah lulus, mereka kembali ke Penerbad untuk melakukan transisi sebagai kopilot pada jenis pesawat bersayap tetap yang telah ditentukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar